Kesehatan



PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk  menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang terjadi pada ibu hamil,  ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan komplikasi obstetri yang mengancam  jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi  Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi  dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.
Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai delapan tujuan, dimana dua diantaranya adalah untuk  menurunkan AKI dan AKB. Kematian ibu saat ini masih merupakan salah satu masalah  karena tingginya Angka Kematian Ibu mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga  dan masyarakat (L. Ratna Budiarso et al, 1996). Angka kematian ibu dapat digunakan  sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu.  AKI di Provinsi Jawa Timur, pada  lima tahun terakhir, dari tahun 2007 –2011, menunjukkan kecenderungan yang  meningkat. Laporan Kematian Ibu  (LKI) kab/kota se-Jatim, menunjukkan  AKI Jawa Timur pada tahun 2009 adalah  90.70 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 adalah 101.40 per 100.000  kelahiran hidup dan pada tahun 2011 adalah 104.3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut sudah melampaui dari target  MDGs sebesar 102 per 100.000 Kelahiran Hidup. Data yang diperoleh dari BPS Provinsi  Jawa Timur menunjukkan bahwa AKB selama sepuluh tahun terakhir ini relatif  menunjukkan angka yang menurun. AKB pada tahun 2011 adalah 29.24 per 1000  kelahiran hidup, menunjukkan angka yang menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar  29.99 per 1.000 kelahiran hidup, namun tersebut masih jauh dari target MDGs tahun 2015,  yaitu sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup.
Data AKI yang diperoleh tersebut belum menggambarkan kondisi sebenarnya  karena sumber data AKI yang dilaporkan adalah jumlah yang dilaporkan dari Puskesmas,  belum termasuk jumlah/angka yang dilaporkan dari sarana pelayanan kesehatan dasar  lainnya. AKI akan mendekati angka sebenarnya apabila pelaporan kematian ibu dari  seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta dapat dilakukan dengan  menyeluruh dan optimal.  Puskesmas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1968. Puskesmas adalah  unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab  menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.  (Kebijakan Dasar Puskesmas diatur dalam Kepmenkes No 128 Tahun 2004). Pelaksanaan  semua kegiatan Puskesmas harus mengacu pada tugas dan fungsi puskesmas:
1. Pusat Pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer
4. Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer
Puskesmas sesuai dengan tupoksinya memberikan pelayanan berupa:
1. 6 (enam) Upaya Kesehatan Wajib
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Penanggulangan Penyakit
f. Pengobatan dan Penanganan Kegawat daruratan
2. 9 (sembilan) Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Kesehatan Sekolah
b. Kesehatan Olah Raga
c. Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Kesehatan Kerja
e. Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Kesehatan Jiwa
g. Kesehatan Mata
h. Kesehatan Usia Lanjut
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pada tahun 2012, di Jawa Timur tercatat telah berdiri 960 Puskesmas yang sesuai  pelayanannya dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: Puskesmas Rawat Jalan dan Puskesms Rawat Inap. Kondisi yang mendasari ditingkatkannya kemampuan pelayanan beberapa  Puskesmas Rawat Inap dengan kemampuan PONED diantaranya adalah tingginya AKI di  Jawa Timur dan upaya menurunkan kejadian kematian ibu akibat penyebab langsung. Ada  2 (dua) penyebab yang mengakibatkan kematian ibu, adalah “penyebab langsung” dan  “penyebab tidak langsung”. Kematian ibu yang dimaksud adalah ibu yang meninggal akibat  kehamilannya, akibat persalinannya atau pada masa nifas.
Apa Saja Penyebab Kematian Ibu?
1. Penyebab Langsung: Penyebab langsung kematian ibu merupakan aspek medis yang  harus ditangani oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan. Kasus- kasus tersebut antara lain  pendarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi (Kementerian Kesehatan RI, 2009).
Penyebab kematian langsung ibu di Jawa Timur tahun 2011 terlihat pada gambar dibawah ini :

 


Pada diagram dapat dilihat bahwa penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah pendarahan (29.35%) dan Pre Eklamsi/Eklamsi (27.27%).


2. Penyebab Tidak Langsung:
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah aspek Non  medis yang merupakan penyebab yang mendasar antara lain status perempuan dalam  keluarga, keberadaan anak, sosial budaya, pendidikan, sosial ekonomi, dan geografis  daerah.  Pemerintah telah melakukan upaya penurunan jumlah kematian ibu dan bayi  dengan meningkatkan cakupan maupun kualitas pelayanan. Peningkatan kemampuan  tenaga kesehatan pada Puskesmas Rawat Inap dengan PONED di wujudkan untuk menanggulangi permasalahan dan kondisi kematian ibu dengan “penyebab langsung.” Sedangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)  diharapkan mampu menyelesaikan masalah atau kondisi ”tidak langsung” yang menyebabkan ibu dan bayi meninggal. Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan Program Perencanaan Persalinan  dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang telah terbukti mampu meningkatkan secara signifikan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan  dan Buku KIA sebagai informasi dan pencatatan keluarga yang mampu meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu, bayi, dan balita. Dengan tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat serta dipantau secara intensif oleh tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut, maka setiap kehamilan sampai persalinan dan nifas diharapkan dapat berjalan dengan aman dan selamat. Manfaat dari P4K adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin. Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan  menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga  melahirkan bayi yang sehat. Dengan sasaran semua ibu hamil yang ada di wilayah tersebut.
Geografi dan Sarana, Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. 4 Terlambat dan 4 Terlalu, Maksud dari 5 ”Empat Terlambat” adalah Keterlambatan keluarga dalam mengetahui tanda-tanda bahaya ibu  hamil (bumil), keterlambatan keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk,  keterlambatan mencapai sarana pelayanan dan keterlambatan memperoleh pelayanan kesehatan.  Sementara ”Empat Terlalu” adalah menikah terlalu muda (<16 th), terlalu tua (> 35 TH) usia ibu  untuk memutuskan hamil, terlalu sering melahirkan dan terlalu jauh jarak masa kehamilan atau persalinan.
Apa Itu Puskesmas PONED?
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta  fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan  nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri  atau atas rujukan kader di masyarakat, Bidan di Desa, Puskesmas dan melakukan rujukan  ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Bagaimana Alur Pelayanan di Puskesmas PONED?
Setiap kasus emergensi yang datang di setiap puskesmas mampu PONED harus  langsung ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran,  pembayaran  alur pasien). Pelayanan yang diberikan harus mengikuti Prosedur Tetap  (PROTAP).
Bagaimana Pelaksanaan Rujukan di Puskesmas PONED?


Apa Saja Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED?
Puskesmas PONED harus memiliki tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED yaitu TIM PONED (Dokter dan 2 Paramedis). Pelayanan yang dapat diberikan puskesmas PONED  yaitu pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan bayi meliputi kemampuan  untuk menangani dan merujuk:
1. Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)
2. Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan Persalinan
3. Perdarahan post partum
4. infeksi nifas
5. BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah pemberian  minum pada bayi
6. Asfiksia pada bayi
7. Gangguan nafas pada bayi
8. Kejang pada bayi baru lahir
9. Infeksi neonatal
10. Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal antara lain  Kewaspadaan Universal Standar. Berikut ini Adalah Dukungan dari Pihak Terkait. Dukungan dari pihak terkait berikut ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan Puskesmas mampu PONED. Diantaranya adalah:
- Dinas Kesehatan Kab/Kota
- Rumah Sakit Kab/Kota
- Organisasi profesi: IBI, IDAI, POGI, IDI
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Evaluasi Pelaksanaan PONED di 251 Puskesmas PONED (Data Tahun 2010) Berdasarkan data dan hasil evaluasi Puskesmas PONED dari Seksi Kesehatan  Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2010, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
- Persentase puskesmas yang sudah mampu PONED dan berfungsi adalah 29 %.  Artinya masih terdapat 73 Puskesmas PONED di 23 Kab/Kota yang sudah berlaku  demikian. Sedangkan sisanya sebanyak 177 Puskesmas PONED di 15 Kab/Kota  masih belum dikategorikan mampu PONED dan berfungsi sebagaimana mestinya.
- Persentase puskesmas mampu PONED dan berfungsi namun perlu dukungan adalah 49 %. Artinya masih terdapat 127 Puskesmas PONED di 31 Kab/Kota yang  sudah berlaku demikian. Sedangkan sisanya sebesar 124 Puskesmas PONED yang  tersebar di Kab/Kota lainnya belum dikategorikan seperti hal tersebut diatas. Hal 7 ini dikarenakan belum ada SK serta Peraturan Daerah untuk tarif Puskesmas  PONED yang lebih pasti. Juga dari dukungan peralatan, anggota tim PONED sebagian  ada yang dimutasi serta pembinaan SpOG dan SpA harus lebih sering lagi ke Puskesmas PONED.
- Persentase Puskesmas mampu PONED namun tidak berfungsi adalah 16 %.  Artinya terdapat 39 Puskesmas PONED di 20 Kab/Kota yang berlaku demikian. Hal  ini dikarenakan belum adanya komitmen atau dukungan dari kepala Puskesmas  PONED, dukungan dari SpOG dan SpA Kab/Kota juga perlu ditingkatkan kembali.
- Persentase Puskesmas yang belum mampu PONED adalah 6 %. Artinya masih  terdapat 15 Puskesmas PONED di 8 Kab/Kota yang berlaku demikan. Hal ini  dikarenakan tidak adanya alat untuk operasional Puskesmas PONED, belum adanya  magang dari TIM PONED yang ditugaskan dan tenaga kesehatan yang dilatih bukan  merupakan Puskesmas rawat inap.  Evaluasi Data yang Berkaitan dengan Kinerja Puskesmas PONED, yaitu Cakupan  Komplikasi Kebidanan yang Ditangani dan Cakupan Neonatal Komplikasi yang  Ditangani. Tren Data Sebagai Berikut:

CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DITANGANI Tahun 2006-2011

Dari diagram yang tertera di atas, dinyatakan bahwa terjadi peningkatan tiap tahun  untuk cakupan komplikasi kebidanan yang sudah ditangani pada tren lima tahun terakhir.  Hal ini secara tidak langsung menyimpulkan bahwa kinerja dari tenaga kesehatan yang  sudah terlatih adalah cukup bagus. Tapi, dari gambaran Angka Kematian Ibu (AKI) yang  sudah terdapat di awal kajian masih menyatakan bahwa di Provinsi Jawa Timur,  berdasarkan tren lima tahun terakhir cenderung meningkat. Seharusnya, jika kinerja  tenaga kesehatan yang sudah dinyatakan terlatih mengalami kemajuan di bidang penanganan kegawatdaruratan proses persalinan akan menekan Angka Kematian Ibu dari  lima tahun terakhir ini.
CAKUPAN NEONATAL KOMPLIKASI DITANGANI Tahun 2006-2011

Dari gambaran diagram di atas, dinyatakan bahwa terjadi peningkatan yang cukup  signifikan dari tahun ke tahun pada tren lima tahun terakhir. Hanya saja, jika dibandingkan  dengan Angka Kematian Bayi dalam gambar yang terdapat di awal juga terjadi  ketidakseimbangan. Hal ini dikarenakan bahwa Angka Kematian Bayi dari tren lima tahun  yang tergambar adalah tidak mengalami kecenderungan penurunan angka. Dalam grafik  yang tertera memang sudah dinyatakan turun setiap tahun. Tapi penurunan angka tersebut  masih dirasa kurang dari target MDGs. Seharusnya jika dari diagram data Cakupan  Neonatal Komplikasi yang sudah Ditangani pada tahun 2006-2011, maka AKB juga turut  mengalami penurunan yang signifikan. 


Khasiat Buah Naga


Khasiat Buah Naga – Buah naga adalah buah yang dihasilkan oleh jenis tanaman kaktus dari keluarga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini aslinya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.Karena buah naga diyakinini memiliki banyak khasiat, maka ia juga dibudidayakan di negara-negara lain seperti Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Indonesia dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan, yaitu Hylocereus dan bunganya hanya mekar pada malam hari.
Buah naga atau disebut menggunakan nama kerennya Dragon Fruit merupakan buah yang dianggap sebagai buah berkah oleh masyarakat Vietnam dan Cina. Oleh karena itu buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar.

Buah naga terdiri dari berbagai macam jenis yaitu :
1.     Hylocereus undatus , buahnya warna merah dan daging buahnya warna putih.
2.     Hylocereus polyrhizus , buahnya warna merah muda dan daging buahnya warna merah.
3.     Selenicereus megalanthus ,kulit buahnya warna kuning dan daging buahnya putih.
4.     Hylocereus costaricensis, daging buahnya super merah.
Dari segi Gizi, semua jenis buah naga kurang lebih memiliki kandungan yang sama.
Kandungan gizi Buah Naga
§  Niasin – 1,3 mg
§  Riboflavin – 0,044 mg
§  Tiamin – 0,0 mg
§  Vitamin C – 9 mg
§  Vitamin B3 – 0,43 mg
§  Vitamin B2 – 0,045 mg
§  Vitamin B1 – 0,043 mg
§  Besi – 0,65 mg
§  Fosfor – 36,1 mg
§  Kalsium – 8.8 mg
§  Karoten – 0,012 mg
§  Serat kasar – 0,9 g
§  Lemak – 0,61 g
§  Ash – 0,28 g
§  Protein – 0,229 g
§  Moisture – 83 g

Khasiat dan Manfaat Buah Naga
§  Buah naga dapat menetralkan racun dalam darah, karena mengandung antioksidan tinggi.
§  Baik untuk pecernaaan, karena termasuk buah dengan kandungan serat yang tinggi
§  Olah raga rutin & teratur makan buah naga Bisa menurunkan berat badan.
§  Mencegah Diabetes Melitus, karena kandungan serat pangan yang cukup bagus.
§  Menurunkan kolesterol karena mengandung serat yang mencapai 0,7 – 0,9 /gram
§  Bermanfaat sebagai pengimbang gula darah, baik bagi penderita diabetes.
§  Bermanfaat menguatkan fungsi ginjal dan tulang
§  Dapat menurunkan resiko kanker. Karena kandungan zat fitokimianya.
§  Baik untuk kelancaran peredaran darah, sehingga bisa menurunkan tekanan darah tinggi.
§  Baik bagi tubuh karena mengandung 80% air, vitamin c, kalsium, zat besi, dan fosforus.
Efek samping Buah Naga
Bagi sebagian orang yang tidak tawar dengan buah ini, bisa mengakibatkan kembung dan sakit perut.Jadi, agar anda terhindar dari kembung, sebaiknya mengkonsumsi buah naga setelah mengkonsumsi nasi terlebih dahulu.Simpan buah naga didalam lemari es, agar buah naga teap segar, sehingga tidak memberikan dampak sakit perut.Jangan konsumsi buah naga apabiloa telah layu/tidak segar lagi.

Jember Dapat Bantuan Alat Deteksi HIV/AIDS


TEMPO.CO, Jember - Klinik Voluntary Councelling and Testing (VCT) Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember, Jawa Timur, mendapat bantuan alat CD4 (Cluster Diferensiansi 4) dari lembaga donor Global Fund.

Menurut Koordinator Konselor Klinik VCT Jember, Justina Evi Tyaswati, hibah mesin CD4 diberikan karena Jember termasuk salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki penderita HIV/AIDS maupun orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang banyak. "Jumlahnya cenderung meningkat setiap tahun," katanya, Selasa, 8 Januari 2012.

Justina menjelaskan, dengan mesin CD4 dokter bisa mengetahui nilai CD4 atau kekebalan tubuh pasien ODHA. Dengan demikian, dokter bisa menentukan waktu untuk mulai memberikan obat dan mengevaluasi efektivitas antiretrovira (ARV) yang sudah diberikan kepada pasien. Selama ini pemeriksaan kekebalan tubuh pasien ODHA harus dilakukan di RSUD dr Soetomo Surabaya.

”Dengan adanya alat CD4 di VCT Jember, pasien ODHA dan keluarganya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi untuk pemeriksaan ke Surabaya,” ujar Justina.

Sepanjang tahun 2012 lalu, Klinik VCT RSD Soebandi Jember menerima 218 penderita HIV/AIDS maupun ODHA. Saat ini sebanyak 206 di antaranya dalam perawatan, termasuk tujuh bayi. Tercatat sebanyak 12 orang meninggal dunia.


Jampersal Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Jumat, 21 Desember 2012 - 11:52 WIB
“Guna menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang cukup tinggi, perlu diberikan jaminan pembiayaan berupa Jaminan Persalinan (Jampersal).”
Kabupaten Magetan merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang secara terus menerus melakukan pembenahan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga menjangkau seluruh desa, yaitu dari 208 desa dan 27 kelurahan terdapat 235 Poskesdes yang siap memberikan pelayanan kesehatan baik untuk pelayanan umum maupun pelayanan ibu hamil.  Pelayanan kesehatan secara gratis di Magetan dilayani dari mulai di Ponkesdes (nama lain dari Poskesdes khusus di Jawa Timur), Puskesmas, hingga Rumah Sakit.  Adanya pelayanan kesehatan gratis ini karena Pemerintah menyediakan dana untuk jaminan kesehatan masyarakat miskin, yaitu Jamkesmas, Jamkesda, dan Jampersal. 
Di Magetan, Jampersal dapat dilayani dari mulai Ponkesdes sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang ada di seluruh wilayah Magetan. Pelayanan kesehatan di Ponkesdes maknanya adalah disetiap Ponkesdes sudah tersedia fasilitas kesehatan yang didukung dengan tenaga medis yang disebut dengan bidan desa. Salah satunya adalah Ponkesdes Sidowayah yang ada di Kecamatan Panekan.  Selain sebagai tempat pelayanan kesehatan, Ponkesdes di sini juga sekaligus sebagai tempat tinggal bidan desa.  Setiap bidan desa melakukan pembinaan terhadap para kader kesehatan Posyandu yang berada pada tingkat lingkungan RW (Rukun Warga).  Tujuannya adalah agar para kader memiliki pengetahuan yang cukup untuk memantau perkembangan kesehatan warga di lingkungannya.
Sejak diluncurkan, Jampersal di Magetan disambut sangat antusias oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang miskin.  Kendati Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas yang mengikuti pola kepesertaan dan managemen Jamkesmas, akan tetapi Jampersal sedikit berbeda dalam hal penetapan pesertanya.  Karena, peserta program Jampersal adalah ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas(pasca melahirkan sampai 42 hari), serta bayi yang baru lahir(0 – 28 hari) yang belum memiliki jaminan kesehatan. 
Selain melayani warga dalam pelayanan kesehatan umum, Ponkesdes Sidowayah dijumpai sering melayani ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya secara rutin.  Dengan dibantu seorang perawat yang ditempatkan juga di Ponkesdes bersama dengan bidan desa, pelayanan Ponkesdes Sidowayah jadi lebih prima.  Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan di desa, selain melayani pasien yang merupakan peserta Jamkesmas maupun Jamkesda, bahkan pasien umum, Ponkesdes Sidowayah juga memberikan pelayanan kepada peserta Jampersal. Peserta Jampersal ini meliputi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. 
Dulu sering dijumpai ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke dukun bayi yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.  Dengan membayar ala kadarnya, atau membayar dengan pola barter, bagi warga miskin sudah meringankan beban biaya pelayanan kesehatan.  Akan tetapi, karena tingkat pengetahuan dukun bayi mengenai kesehatan masih terbatas, dan sebagian berpegang pada ajaran warisan leluhur mereka yang terkadang sudah tidak bisa diterima lagi dengan akal sehat jika diterapkan pada jaman modern seperti sekarang ini, sekalipun di perdesaan. 
Dengan pengetahuan yang terbatas ini, terkadang dukun bayi melakukan pelayanannya dengan tidak memperhatikan kondisi kesehatan penyerta si ibu hamil.  Misalnya, kondisi ibu hamil dengan bawaan penyakit diabetes penanganannya berbeda dengan penanganan terhadap ibu hamil secara normal.  Hal ini seringkali menyebabkan terlambatnya penanganan ibu hamil dengan kondisi khusus,  yang mengakibatkan gagalnya penanganan hingga terjadinya kematian pada ibu maupun bayinya.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu diberikan hak-hak mendapatkan pelayanan kesehatan salah satunya adalah Jampersal. Jaminan Persalinan (Jampersal) ini merupakan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemerikasaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. 
Selain di Ponkesdes, peserta Jampersal dapat memanfaatkan pelayanan di Puskesmas dan jaringan pelayanan kesehatan di tingkat lanjutan seperti Rumah Sakit di kelas III yang memiliki perjanjian kerja sama.  Salah satu Puskesmas yang melayani pasien peserta Jampersal adalah Puskesmas Panekan yang berada di Kecamatan Panekan.  Puskesmas Panekan ini, selain melayani pasien umum peserta Jamkesmas maupun Jamkesda, juga melayani pasien yang merupakan peserta Jampersal. 
Puskesmas Panekan sudah dilengkapi fasilitas Poned yang khusus memberikan pelayanan terhadap ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, serta pertolongan persalinan secara normal.  Dengan fasilitas ruang tempat periksa seluas 3x4 meter persegi, dan ruang rawat inap pasca melahirkan yang dilengkapi tempat tidur bayi, kendati belum maksimal akan tetapi keberadaanya sangat membantu dalam pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil di pedesaan.  Selain itu, Puskesmas Panekan juga merupakan Puskesmas rawat inap yang melayani pasien selama 24 jam.  Dengan 8 tempat tidur yang dibagi di dua ruangan terpisah untuk pasien laki-laki dan perempuan, melengkapi pelayanan kesehatan gratis di Magetan.
Pelayanan kesehatan di tingkat lanjutan dapat dilayani di Rumah Sakit kelas III yang memiliki perjanjian kerja sama.  Di Magetan, pelayanan Jampersal ini dapat dilayani di RSUD Dr Sayidiman yang merupakan satu-satunya Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah.  Pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan resiko tinggi dan komplikasi, diberikan oleh tenaga medis spesial yang terdiri dari pelayanan kebidanan dan persalinan.  Hal ini karena fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu Ponkesdes dan Puskesmas sudah tidak dapat menangani dikarenakan terbatasnya tenaga dan peralatan medis.  Pelayanan ini dilaksanakan berdasarkan rujukan dari Puskesmas atau Ponkesdes, kecuali pada kondisi kedaruratan.
Salah satu pasien yang merasakan manfaat secara langsung pelayanan Jampersal adalah Suhartini.  Sebagai pasien peserta Jampersal dia tidak perlu memikirkan lagi masalah biaya persalinan yang cukup tinggi.  Istri dari Arip yang pekerjaannya serabutan ini sangat bersyukur karena ada Jampersal.  “Alhamdulillah ada Jampersal, saya mengetahui program ini dari bidan desa tempat saya periksa selama ini”, kata wanita yang sedang menantikan kelahiran anak pertamanya ini.  “Meskipun gratis tapi pelayanannya tidak ada diskriminasi”, tambahnya lagi.  Kendati kondisi kehamilannya tergolong tidak bermasalah,  wanita 24 tahun ini dirujuk dari Ponkesdes di Desa Kembangan Kecamatan Sukomoro ke RSUD Sayidiman karena usia kandungan sudah melewati Hari Perkiraan Lahir. 
Dengan kata lain, pelayanan Jampersal dapat dilayani di Ponkesdes, Puskesmas, maupun Rumah Sakit.  Karena keberadaan Jampersal yang didukung tenaga medis yang menjangkau hingga desa, Magetan berhasil menurunkan angka kematian ibu dan bayi hingga lebih dari 5x lipat.  Dimana, tahun 2011 Angka kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup) sebanyak 118 kasus, dan Angka Kematian Bayi dan Balita (per 1000 kelahiran hidup) sebanyak 22 kasus.  Tahun 2012, menurun menjadi 22 kasus untuk angka kematian ibu, dan 12 kasus untuk angka kematian bayi dan balita.
Faktor lainnya yang turut membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah peran tenaga medis mulai dari bidan desa di Ponkesdes hingga Puskesmas yang rutin melakukan penyuluhan mengenai pentingnya pemeriksaan masa kehamilan pada ibu hamil agar bayi dalam kandungannya tetap sehat dan selamat hingga waktu melahirkan tiba.
para tenaga medis dalam melakukan penyuluhan langsung ke masyarakat, didukung oleh adanya biaya operasional yang bersumber dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang di luncurkan kepada seluruh Puskesmas di Magetan.  Pada tahun 2012, Magetan mendapat alokasi BOK dan Laktasi sebesar Rp 4,9 miliar, yang menjangkau 22 Puskesmas dimana setiap Puskesmas mendapat dana BOK mulai Rp 75 juta hingga Rp 106 juta.  BOK merupakan program Pemerintah yang berupaya  mengedepankan  pencegahan daripada pengobatan, melalui berbagai penyuluhan, sosialisasi, pendampingan dan lain sebagainya.
Di lain pihak, berbagai fasilitas kesehatan juga terus ditingkatkan hingga ke pelosok desa.  Dalam hal ini, pada tahun 2011, Pemkab Magetan telah membangun dan merehab Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta penambahan ruang baru untuk gudang farmasi dan laboratorium kesehatan dengan anggaran mencapai Rp 2,8 miliar yang lokasinya tersebar di Magetan.  Sehingga, sampai saat ini fasilitas kesehatan yang ada di Magetan adalah 2 RSU, 22 Puskesmas, 59 Puskesmas Pembantu, 235 Poskesdes, dan 920 Posyandu.
Pelayanan kesehatan gratis di Magetan  didukung penyediaan dana yang cukup besar. Anggaran kesehatan pada tahun 2011 tercatat Rp 68,3 miliar, sedangkan untuk tahun 2012 naik menjadi Rp 84,83 milyar.  Dana tersebut dipergunakan untuk pembangunan sarana kesehatan, pelayanan kesehatan gratis melalui Jamkesda dan penanganan untuk pasien dengan Surat Pernyataan Miskin khusus untuk pasien Hemodialisa dan Kemoterapi kanker hingga Rp 1,5 juta, dan selebihnya untuk operasional Puskesmas, Polindes, Puskesmas Pembantu, serta pencegahan penyakit menular. 
Peningkatan pelayanan kesehatan terus menjadi perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah. Karena itu pelayanan kesehatan gratis di Magetan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan gratis secara nasional yang dilaksanakan sejak tahun 2005. Selain Jamkesmas, untuk mempercepat pencapaian Milenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, tahun 2010 Pemerintah meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal).  Pelayanan kesehatan gratis secara nasional didukung alokasi dana Jamkesmas sebesar Rp 5,1 triliun pada tahun 2010 dan naik menjadi Rp 6,3 triliun pada tahun 2011.

Inilah 3 Menu Sarapan untuk Turunkan Berat Badan

JAKARTA–Sarapan sangat penting untuk penurunan berat badan. Karenanya jika sedang menurunkan berat badan jangan lewatkan sarapan. Pilih sarapan yang mampu picu pembakaran kalori.
Menurut Milton Stokes, R.D., penulis buku Flat Belly Diet! For Men, sebaiknya sarapan dengan 400 sampai 600 kalori satu jam setelah bangun. Pilih makanan dengan nutrisi yang bikin kenyang, mengandung lemak sehat dan serat.
Tiga menu sarapan ini bisa memicu pembakaran kalori lebih cepat sehingga tak menumpuk sebagai lenak.

1. Omelet dengan Alpukat, Brokoli dan Cabai
Alpkat merupakan buah paling baik untuk menurunkan berat badan. Rasanya yang lembut bisa menggantikan gula. Sedangkan brokoli bisa memberi rasa kenyang lebih lama dengan kandungan seratnya. Bisa diganti dengan bayam. Sedangkan rasa pedas cabai memicu metabolisme.

2. Strawberry dan Kayu Manis
Starwbery yang manis segar memberikan tambahan serat sehingga kenyang lebih lama. Kayu Manis membantu pembakaran karbohidrat dan mengendalikan kadar gula darah. Tambahkan kedua bahan ini dalam milkshake yang Anda buat.

3. Yogurt Tawar dan Buah Segar
Lemak pada yogurt mengandung asam linoleic yang membantu tubuh tetap ramping. Pilih yogurt tawar tanpa tambahan gula. Tambahkan potongan melon, strawberry atau pepaya. Jika ada, taburi dengan serealwhole wheat. “Serat bereperan penting dalam penurunan berat badan,” jelas Dawn Jackson Blatner, R.D., penulis buku The Flexitarian Diet.


Gerakan Olahraga Yang Cepat Menurunkan Berat Badan

Makanan cepat saji yang mengandung banyak lemak dan karbohidrat tinggi membuat berat badan cepat naik. Tanpa disadari, berat badan Anda bisa jauh melebihi batas normal dan bahkan mencapai obesitas. Hal ini tentu saja tidak baik. Bukan hanya pada penampilan Anda, tetapi lebih berbahaya bagi kesehatan Anda. Orang dengan berat badan berlebih terutama obesitas memiliki resiko tinggi pada berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes, dan lain-lain. Untuk itu, jika Anda mendapati berat badan Anda melebihi batas normal, anda harus segera melakukan program penurunan berat badan. Kombinasi olahraga yang tepat dan diet yang seimbang akan membantu anda menurunkan berat badan. Berikut ini adalah gerakan olahraga yang cepat menurunkan berat badan.
Latihan cardio dan “weight bearing” seperti lari dan jalan cepat merupakan olahraga yang disarankan untuk penurunan berat badan dengan cepat. Latihan cardio sebenarnya bertujuan untuk melatih jantung anda agar tetap sehat tetapi saat Anda berlari tubuh Anda akan membakar lemak untuk menghasilkan energi dan detak jantung yang cepat membuat pembakaran tersebut menjadi lebih maksimal. Dengan melakukan latihan cardio selama 30 menit setiap harinya, anda akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus yaitu berat badan turun dan jantung yang sehat.
Selain latihan cardio, olahraga yang cepat menurunkan berat badan adalah bersepeda, berenang, dan fitness karena saat melakukan olahraga tersebut, badan Anda akan bergerak aktif dan membakar kalori. Jika fitness di tempat olahraga sulit untuk anda lakukan, anda dapat melakukan fitness di rumah dengan pilihan musik kesukaan Anda. Untuk Anda yang ingin berelaksasi sambil menurunkan berat badan, olahraga yoga menjadi pilihan yang sangat tepat karena latihan ini memerlukan banyak energi sehingga tubuh anda akan membakar kalori yang cukup banyak. Untuk menurunkan berat badan sekaligus membentuk otot, Anda dapat melakukan angkat beban. Angkat beban dapat dilakukan satu atau dua kali setiap minggunya. Latihan ini biasanya sangat disukai oleh kaum pria karena membuat tubuh mereka berotot dan terlihat maskulin.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, Anda harus melakukan olahraga rutin dan terus menerus. Jika hanya melakukan olahraga satu kali, anda tidak akan merasakan perubahan dalam tubuh Anda. Jika anda berhenti berolahraga, berat badan Anda akan mudah naik kembali. Kadang kala, masalah yang paling utama saat anda hendak menurunkan berat badan adalah kurangnya minat dan kemauan Anda untuk berolahraga secara rutin. Solusi yang bisa dilakukan adalah melakukan olahraga bersama orang lain untuk meningkatkan motivasi Anda. Sebagai contoh, Anda dapat melakukan jogging bersama keluarga atau membuat jadwal fitness bersama teman-teman anda. Olahraga permainan tim, seperti bola voli, bulu tangkis, tenis, sepakbola, dan basket juga sangat efektif untuk menurunkan berat badan. Olahraga bersama-sama juga akan memperat hubungan Anda sekalian.


Diet Tepat Untuk Penggemar Nasi

Nasi adalah salah satu sumber karbohidrat yang menjadi makanan utama bagi masyarakat Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa masyarakat kita tidak bisa hidup tanpa nasi. Bahkan ada tipikal orang yang merasa bahwa dirinya belum karena berat jika tidak memakan nasi sebagai menu utama. Padahal, ia sudah menyatap sepotong burger berukuran besar.
Anda termasuk orang dengan tipikal itu? Banyak kok orang Indonesia yang seperti itu. Nah hal ini akan sangat merepotkan ketika Anda sudah kelebihan berat badan dan ingin memperoleh berat badan ideal kembali dengan cara menurunkan kelebihannya. Masalahnya adalah, ketika progam penurunan berat badan berlangsung, pola makan hatus dijaga dan iatur kembali. Salah sat hal yang harus dikurangi adalah asupan karbohidrat sebagai penyumbang kalori tertinggi dalam sebuah hidangan.
Saat diet berlangsung, karbohidrat memang tidak harus dihindari sama sekali karena karbohidrat merupakan salah satu sumber energi untuk tubuh. Tapi yang pasti porsi atau jumlahnya pasti dikurangi. Mengurangi porsi nasi untuk mereka yang gemar makan ansi pasti bukan persoalan mudah. Untuk melakukannya Anda butuh trik diet berikut ini yang disusun untuk mereka para penggemar nasi.
1. Hindarilah minuman berkabohidrat
Memangnya ada ya minuman yang mengandung karbohidrat. Ada. contohnya adalah vodka tonic, root beer dan juga jus jeruk. Ketiga minuman tersebut mengandung jenis karbohidrat murni. Jumlah kalori yang dikandung oleh segelas minuman itu adalah sekitar 100 kalori bahkan lebih. Jadi, bila ANda ingin menurunkan berat badan dengan efektif hindarilah minuman berkarbohidrat dan minuman manis. Pilihlah air putih yang jelas-jelas baik untuk kesehatan dan juga bebas kalori.
2. Pilih jenis karbohidrat yang paling tepat untuk Anda
Hindarilah makanan dari tepung putih. Contohnya adalah pasta, donat atau muffin. Karbohidrat yang dikandung makanan-makanan tersebut cukup cepat dicerna tubuh dan membuat jumlah gula darah dalam tbuh cepat naik. Dengan begitu setelah meakannya, orang cenderung lebih cepat merasa lapar lagi.
Sebaiknya, Anda memilih makanan sumber karbohidrat kompleks seperti gandum utuh, kacang-kacangan atau nasi merah. Bahan makanan tersebut juga kaya serat sehingga membuat orang yang mengonsumsinya merasa kenyang dalam waktu yang relatif lama. Dengan begitu Anda tidak akan cepat merasa lapar dan makan dalam porsi yang terkontrol.
3. Ikutilah dan terapkan aturan 2-3-3
Nasi memang makanan yang enak. Hal itu harus diakui. Setelah makan nasi kita akan merasa nyaman dan terbebas dari rasa lapar. Tapi jang terbuai oleh hal tersebut. Anda harus mengatur porsinya agar kalori yang masuk tubuh Anda tidak berlebihan dan mengacaukan progam diet penurunan berat badan Anda.

Ikutilah dan terapkanlah aturan 2-3-3 berikut ini agar kalori yang masuk tubuh tidak berlebihan:
- 2 porsi gandum dan sebaiknya tidak lebih (satu porsi gandum setara dengan setengah cangkir mie atau nasi, atau dua lembar roti).
- 3 porsi buah-buahan sebagai pengganti
- atau 3 gelas susu dengan takaran 220 ml dalam setiap gelas.
4. Perbanyak konsumsi ikan
Banyak progam diet yang meminta kita menambah jumlah asupan protein dan mengurangi asupan karbohidrat. Salah satu sumber protein yang cukup baik adalah ikan. Apalagi, di negara kita, ikan menjadi salah satu bahan makanan yang mudah di cari dan harganya pun relative terjangkau.
Konsumsi ikan dipercaya dapat memabntu proses perampingan tubuh. Cobalah melupakan pasta atau roti. Gantilah dengan ikan, sayur, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan dan Lingkungan

Siapa yang tidak tahu bahaya rokok, baik yang aktif ataupun yang pasif. Pada umumnya semua orang mengetahui bahaya rokok karena bagi mereka yang aktif tiap hari membacanya dalam setiap kemasan rokok tertera tulisan . peringatan bahaya rokok untuk kesehatan, tapi meski demikian tidak sedikit orang di dunia menjadi perokok. Lalu apakah sebenarnya kandungan dalam rokok tersebut, sehingga dapat berbahaya dan berpengaruh  negatif/berdampak negatif bagi kesehatan. Didalam rokok terdapat lebih dari 4000 zat dan 2000 diantaranya zat  tersebut merupakan zat yang berdampak bagi kesehatan. Diantara zat-zat berbahaya tersebut bahan radioaktif (polonium-201).dan bahan yang dipakai dalam cat (acetone).  Obat gegat (naphthalene), ada juga racun untuk serangga atau DDT, pencuci lantai juga terdapat pada rokok atau  sering disebut juga ammonia, racun arsenic atau racun untuk anai-anai, gas beracun (hydrogen cyanide).
Tar,karbon monoksida dan nikotin adalah zat yang paling berbahaya dan memiliki pengaruh/dampak negatif bagi kesehatan.TAR memiliki kandungan sekitar 43 bahan yang menjadi pemicu terjadinya kanker atau yang disebut karsinogen. Nikotin memiliki zat yang membuat ketagihan atau kecanduan,nikotin inilah yang membuat seseorang sulit sekali berhenti merokok.
Sangat tidak adil bila seseorang menderita sakit yang diakibatkan oleh perbuatan orang lain. Demikian keadaan  yang terjadi pada orang yang terpaksa harus menghirup asap rokok dari orang-orang sekelilingnya yang merokok. Menghirup asap rokok walaupun bukan perokok dikenal dengan istilah perokok pasif.Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif. Bila orang sakit akibat perilaku hidup yang kurang sehat, itu adalah suatu hal yang wajar. Tapi bagaimana untuk  orang yang sakit, akibat dari perbuatan orang lain ? Penyakit yang dapat diderita perokok pasif ini tidak lebih baik dari perokok pasif. Mereka menjadi mudah menderita kanker, penyakit jantung, paru-paru dan kerusakan janin, dan penyakit lainnya yang mematikan. Mereka yang dikelilingi oleh asap rokok akan lebih cepat meninggal dibanding mereka yang hidup dengan udara bersih. Dan angka kematiannya meningkat 15% lebih tinggi.
Kepedulian perokok aktif sangat diharapkan untuk mencegah dampaknya bagi perokok pasif, selain dari itu dampak bagi lingkungan pun harus diprhatikan. Untuk itu perlu antisipasi guna menghindari kerugian sebagai perokok pasif. Perlu dipikirkan perlindungan dari paparan tembakau secara berkesinambungan. Untuk itu perbanyaklah asupan sayur-sayuran dan buah-buahan bagi perokok pasif. Dengan seringnya memberikan asupan buah-buahan dan sayur-sayuran ke dalam tubuh mampu melindungi tubuh terserang penyakit berbahaya, Vitamin C pun sangat berguna untuk daya tahan tubuh yang mampu meminimalisir resiko penyakit yang disebabkan oleh asap rokok.
Untuk mengurangi dan menghilangkan paparan asap rokok dengan cara sederhana, sebagai berikut :
1. Jangan perbolehkan orang merokok di dalam rumah Anda
2. Jangan perbolehkan orang merokok di dalam mobil Anda
3. Jadikan ruang kerja Anda sebagai "No Smoking Area"
4. Jika harus ke tempat umum, maka pilihlah "No Smoking Area"
5. Jaga jarak dengan perokok jika terpaksa harus satu ruangan di tempat umum
6. Tawarkan dukungan berhenti merokok

Serius, Kematian Ibu dan Anak di Indonesia


Senin, 12 November 2012 | 08:47 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kematian ibu dan anak di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Diperkirakan tak kurang dari 9.500 ibu meninggal saat melahirkan serta 157.000 bayi dan 200.000 anak balita meninggal setiap tahun. Seyogianya, penurunan angka kematian dijadikan tolok ukur keberhasilan kinerja kepala daerah.
Pemerintah memang berupaya menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian balita (AKBA) lewat berbagai program, tetapi penurunannya lambat. Tanpa perhatian khusus, diperkirakan penurunan AKI tidak bisa mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium. Terkait AKB dan AKBA, secara nasional menunjukkan penurunan signifikan. Namun, di wilayah Indonesia bagian timur, yakni Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, kematian anak justru meningkat.
Di Papua, terutama di daerah pedalaman, kematian ibu melahirkan, bayi, dan anak balita, menjadi ancaman serius. AKI di Papua 362 per 100.000 kelahiran hidup, di atas angka nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Papua pun tertinggi di Indonesia, 41 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi daripada angka nasional 34 per 1.000 kelahiran hidup.
Di Halmahera Utara, Maluku Utara, AKI dan AKB meningkat. Jika tahun 2009 tercatat 5 ibu melahirkan dan 6 bayi meninggal, tahun 2011 ada 10 ibu melahirkan dan 29 bayi meninggal. Yang menurun hanya kematian anak balita. Dari 30 anak balita di tahun 2009 menjadi 11 anak balita tahun 2011.
Di Jawa Timur, meski AKB menurun, ternyata AKI meningkat. Jika tahun 2008 AKI 83,2 per 100.000 kelahiran hidup, di tahun 2011 AKI justru 104,3 per 100.000 kelahiran hidup.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2011 menunjukkan, AKB 9,6 per 1.000 kelahiran hidup, AKBA 8,5 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKI 120 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Kabupaten Jayawijaya, AKBA tercatat 43 per 1.000 kelahiran hidup. Pneumonia dan diare menjadi penyebab tertinggi kematian bayi dan anak balita. Dokter Puskesmas Wollo, Filandy Pai, mengatakan, di Distrik Wollo, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bayi dan anak balita mencapai 20 kasus per bulan.
Selain itu, kecukupan gizi bayi dan anak balita sangat kurang sehingga mereka rentan terserang penyakit. Umumnya orangtua memberi makan anak berupa ubi dan sayur daun ubi tiap hari tanpa dilengkapi lauk yang mengandung protein dan zat gizi lain. Anak-anak, sebagaimana orang dewasa, biasa mengonsumsi air mentah. Hal itu dilakukan Semina Gombo (27), warga Kampung Wollo, pada anaknya yang berumur satu tahun. Hanya itu makanan yang dimilikinya. Ternak babi hanya dipotong untuk pesta. ”Makan erom (ubi) saja. Tidak pakai lauk,” ujarnya.
Letak puskesmas jauh dari kampung warga yang menyebar di perbukitan. Hal ini diakui Kepala Puskesmas Wollo Ebed Gombo. Mereka harus berjalan kaki naik turun bukit dan gunung berkilo-kilometer untuk periksa dan berobat ke puskesmas. Puskesmas Wollo dengan fasilitas minim itu hanya ada dua dokter pegawai tidak tetap daerah, bidan, dan kepala puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan Jayawijaya Agustinus Aronggear mengakui, layanan kesehatan di pedalaman masih sangat terbatas. Dinkes menghadapi persoalan kekurangan tenaga kesehatan. Jumlah bidan hanya 156 orang, padahal dibutuhkan 300 bidan. Bidan yang ada pun lebih banyak bertugas di perkotaan. Apalagi fasilitas untuk tenaga kesehatan di pedalaman tidak memadai, misalnya tidak ada listrik dan perumahan kurang layak.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Papua Yosef Rinta, Papua masih membutuhkan 2.500 bidan dan 427 perawat. Dari 324 puskesmas, dan 724 puskesmas pembantu, di 30 kabupaten/kota hanya 60 persen ada dokter. Itu pun tidak semua dokter ada di tempat tugas.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Halmahera Utara Johana Aipipideli mengatakan, gizi kurang menjadi penyebab kematian ibu, bayi, dan anak balita di Halmahera Utara. Ini disebabkan rendahnya pengetahuan dan masalah keterbatasan ekonomi.
”Ada bayi berusia tiga hari diberi makan pisang, padahal air susu ibu sudah cukup sampai usia enam bulan,” kata Kepala Puskesmas Tobelo Timur Rit Nyonyie.
Oktofina Kurais (25), penduduk Desa Bale, Kecamatan Galela Selatan, Halmahera Utara, mengatakan, penghasilan suaminya sebagai petani kopra hanya Rp 500.000 per bulan. Uang itu tak cukup untuk membeli makanan bergizi bagi empat anak mereka yang berusia lima tahun, empat tahun, dua tahun, dan satu tahun. Sering kali mereka hanya diberi makan ubi saja.
Dari 196 desa di 17 kecamatan di Halmahera Utara, bidan desa baru ada di 135 desa. Itu pun tak sampai 100 bidan yang menetap di desa. Banyak bidan yang habis waktu di puskesmas. Hal itu mendorong warga pergi ke dukun untuk bersalin dan mengobati anak.
Namun, keadaan mulai berubah. Menurut Cendrawati Unggu, bidan Desa Katana, Tobelo Timur, kini warga Katana paham jika bersalin maupun anak sakit harus dibawa ke puskesmas atau diperiksa tenaga medis. Sejak dua tahun lalu, kader posyandu dan puskesmas gencar menyosialisasikan hal itu. Apalagi, Puskesmas Tobelo Timur yang letaknya dekat Katana berfungsi tahun lalu.
Kemiskinan dan rawan pangan juga membelit penduduk Nusa Tenggara. Di puncak musim kemarau ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTT merilis, 16 dari 20 kabupaten di NTT mengalami rawan pangan.
Adelina Lakbanu (38), yang mengandung anak kesembilan dan tengah hamil tua, ditemui berjualan kayu bakar di tepi jalan Kupang-Atambua, tepatnya di Desa Boentuka, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Kayu itu dikumpulkan suaminya, Anton Lakbanu (46). ”Saya duduk di sini sudah dua hari, tetapi baru laku tiga ikat kayu dengan total harga Rp 15.000,” kata Adelina. Dua anaknya yang kelihatan, Mince (12) dan Stefi (7), tampak kurus kurang gizi.
Uang itu dikumpulkan untuk persalinan. Dari delapan anak yang dilahirkan, tiga orang meninggal. Lima anak yang tersisa semuanya perempuan.
Perempuan jebolan kelas tiga sekolah dasar Boentuka ini mengaku belum memeriksakan kandungan sejak usia kandungan masuk delapan bulan. Ia takut tak mampu bayar pemeriksaan di puskesmas. Keluarga ini sudah dihapus dari daftar warga miskin penerima raskin per Juni 2012.
Selama ini Adelina melahirkan anak di rumah, tetapi kali ini ia ingin melahirkan di puskesmas. Alasannya, ia trauma akan nasib tetangganya, Marta (41), yang meninggal Agustus lalu. Marta mengalami kesulitan persalinan. Meski sempat dibawa ke RSUD Soe, Marta tidak tertolong. Anak Marta meninggal dua hari setelah kematian Marta.
Kematian di kota
Meningkatnya AKI di Jawa Timur ataupun Surabaya terjadi akibat keterlambatan petugas merujuk ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya, Agus Sulitiyono, mengatakan, kebanyakan petugas kesehatan di kelurahan atau kecamatan memberi rujukan ke rumah sakit pemerintah karena pertimbangan biaya. ”Padahal, banyak rumah sakit swasta yang dilewati pasien ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit pemerintah,” kata Agus, Jumat (9/11).
Menurut Agus, seharusnya petugas kesehatan memberi rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat, baik milik swasta maupun pemerintah untuk penanganan gawat darurat. Setelah masa kritis terlewati, pasien dapat dirujuk ke rumah sakit pemerintah.
Dari pengalaman, Agus mengungkapkan, penyebab utama kematian ibu adalah tekanan darah tinggi saat kehamilan (preeklamsia), perdarahan saat persalinan, dan gangguan jantung yang menyertai saat persalinan.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Hindarini, Kamis (8/11), banyak ibu belum sadar pentingnya pemeriksaan selama kehamilan. Mereka baru datang ke tenaga kesehatan saat persalinan sehingga jika ada kelainan tidak bisa terdeteksi sebelumnya. Keterbatasan ekonomi menyebabkan asupan makanan ibu hamil sering terabaikan. Akibatnya, bayi lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2.500 gram).
Di Jakarta, akses kesehatan bagi ibu dan anak terkendala masalah administrasi. ”Di daerah ini warga sebagian pendatang, terkadang tidak punya KTP Jakarta dan kartu keluarga (KK),” ujar Emiliana, kader Posyandu Pisang Raja Garing di RT 003 Kampung Kemandoran Pluis.
Kalaupun ada KTP Jakarta dan KK, yang tercantum hanya nama kepala keluarga (suami) dan anak. Para istri tidak tercantum karena mempertahankan KTP desa asal untuk menjaga hak kepemilikan tanah dan rumah mereka di desa. Laki-laki mengurus KTP Jakarta dan KK untuk kepentingan kerja dan sekolah anak.
Ketidaklengkapan kartu identitas sebagai syarat administrasi itu kerap menjadi persoalan bagi perempuan keluarga miskin untuk mengakses fasilitas kesehatan secara gratis.
Sumber: kompas.com

Pengidap HIV/AIDS di Jember Naik 50 Persen

TRIBUNNEWS.COM,JEMBER - Jumlah orang dengan HIV-AIDS (ODHA) yang memeriksakan diri di klinik konsultasi dan pemeriksaan HIV-AIDS RSD dr Soebandi Jember tahun ini naik sekitar 50 persen dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data di RSD dr Soebandi Jember, mulai Januari hingga 25 November 2012 ini jumlah ODHA mencapai 190 orang.
Koordinator klinik konsultasi HIV-AIDS RSD dr Soebandi Jember, dr Justina Evy Tyaswati membenarkan adanya kenaikan jumlah ODHA dibandingkan tahun lalu.
"Ya sekitar 50 persen. Tahun ini, setiap bulan kami mendapatkan lebih dari 10 ODHA, padahal tahun lalu per bulannya hanya sekitar 5 orang," ujar Evy, Jumat (30/11).
Dari jumlah 190 ODHA itu, sembilan orang meninggal dunia. Evy menambahkan, mereka yang diketahui positif terkena HIV-AIDS didominasi oleh pelanggan wanita pekerja seksual (WPS) sebanyak 64 orang, diikuti oleh ibu rumah tangga sebanyak 49 orang, 28 orang dari kalangan WPS, Lelaki suka lelaki 10 orang, bayi (perinatal) enam orang dan pengguna narkotika jarum suntik (IDU) sebanyak lima orang.
Yang mencengangkan jumlah ODHA dari ibu rumah tangga yang urutannya terbanyak kedua setelah pelanggan WPS. "Ternyata ibu rumah tangga yang bekerja di rumah rentan terkena HIV-AIDS. Mereka tertular dari pasangan mereka," ujar Evy.
Karena itu tidak aneh, ODHA yang ditangani RSD dr Soebandi lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki.
"Dengan jumlah yang terus naik, semua pihak harus terbuka dan harus peduli bahwa HIV ini mengincar terutama yang beresiko tinggi. Apalagi besok tanggal 1 Desember itu hari HIV-AIDS se-dunia, kita harus peduli," tegas Evy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar